Jumat, 29 Juli 2011

Lakukan, selagi ada waktu..

Semuanya itu disadari John pada saat dia termenung seorang diri, menatap kosong keluar jendela rumahnya. Dengan susah payah ia mencoba untuk memikirkan mengenai pekerjaannya yang menumpuk. Semuanya sia-sia belaka. Yang ada dalam pikirannya hanyalah perkataan anaknya Magy di suatu sore sekitar 3 minggu yang lalu.

Malam itu, 3 minggu yang lalu John membawa pekerjaannya pulang. Ada rapat umum yang sangat penting besok pagi dengan para pemegang saham. Pada saat John memeriksa pekerjaannya, Magy putrinya yang baru berusia 2 tahun datang menghampiri, sambil membawa buku ceritanya yang masih baru. Buku baru bersampul hijau dengan gambar peri. Dia berkata dengan suara manjanya, "Papa lihat !"

John menengok kearahnya dan berkata, " Wah, buku baru ya ?"
"Ya Papa!" katanya berseri-seri, "Bacain dong !"
"Wah, Ayah sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh", kata John dengan cepat sambil mengalihkan perhatiannya pada tumpukan kertas di depan hidungnya.

Magy hanya berdiri terpaku disamping John sambil memperhatikan. Lalu dengan suaranya yang lembut dan sedikit dibuat-buat mulai merayu kembali: "Tapi mama bilang Papa akan membacakannya untuk Magy". Dengan perasaan agak kesal John menjawab: "Magy dengar, Papa sangat sibuk. Minta saja Mama untuk membacakannya."

" Tapi Mama lebih sibuk daripada Papa, "katanya sendu. " Lihat Papa, gambarnya bagus dan lucu."
" Lain kali Magy, sana ! Papa sedang banyak kerjaan." John berusaha untuk tidak memperhatikan Magy lagi. Waktu berlalu, Magy masih berdiri kaku disebelah Ayahnya sambil memegang erat bukunya. Lama sekali John mengacuhkan anaknya. Tiba-tiba Magy mulai lagi: "Tapi Papa, gambarnya bagus sekali dan ceritanya pasti bagus! Papa pasti akan suka." "Magy, sekali lagi Ayah bilang: Lain kali!" dengan agak keras John membentak anaknya.

Hampir menangis Magy mulai menjauh, "Iya deh, lain kali ya Papa, lain kali." Tapi Magy kemudian mendekati Ayahnya sambil menyentuh lembut tangannya, menaruh bukunya dipangkuan sang Ayah sambil berkata : " Kapan saja Papa ada waktu ya, Papa tidak usah baca untuk Magy, baca saja untuk Papa. Tapi kalau Papa bisa, bacanya yang keras ya, supaya Magy juga bisa ikut dengar." John hanya diam.

Kejadian 3 minggu yang lalu itulah sekarang yang ada dalam pikiran John. John teringat akan Magy yang dengan penuh pengertian mengalah. Magy yang baru berusia 2 tahun meletakkan tangannya yang mungil di atas tangannya yang kasar mengatakan: "Tapi kalau bisa bacanya yang keras ya Pa, supaya Magy bisa ikut dengar."

Dan karena itulah John mulai membuka buku cerita yang diambilnya, dari tumpukan mainan Magy di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak terlalu baru, sampulnya sudah mulai usang dan koyak. John mulai membuka halaman pertama dan dengan suara parau mulai membacanya. John sudah melupakan pekerjaannya yang dulunya amat sangat penting. Ia bahkan lupa akan kemarahan dan kebenciannya terhadap pemuda mabuk yang dengan kencangnya menghantam tubuh putrinya di jalan depan rumah. John terus membaca halaman demi halaman sekeras mungkin, cukup keras bagi Magy untuk dapat mendengar dari tempat peristirahatannya yang terakhir. Mungkin...

" Lakukan sesuatu untuk seseorang yang anda kasihi sebelum terlambat, karena sesal kemudian tidak akan ada gunanya lagi.... Lakukan sesuatu yang manis untuk orang-orang yang kamu kasihi dengan waktu yang anda punya......."

Sabtu, 02 Juli 2011

Menyerobot, Cerminan Budaya Masyarakat Kita Sekarang

Setiap orang yang hidup di Jakarta dan kota besar lain pada umumnya tentu acap kali menimbulkan perbedaan yang amat mencolok dari kebiasaan masyarakat sekitar, meskipun masyarakat setempat juga member andil yang sama terhadap perubahan itu. Salah satunya adalah kebiasaan kita untuk tidak mau antri ketika terjadi suatu kemacetan di jalan raya, ini merupakan contoh kecil dari kebiasaan buruk yang tidak sepantasnya kita lestarikan. Para supir yang menjadi nahkoda kendaraan tidak hanya berasal dari Jakarta, kebanyakan dari mereka adalah para perantau yang mencoba mencari peruntungan di ibukota dan inilah yang disebut-sebut menjadi akar permasalahan bagi warga sekitar.
Kita ambil contoh di jalanan ibu kota yang terkrnal dengan macetnya. Macet tidak lagi menjadi barang langka di Jakarta, setiap jalan protokol maupun jalan umum tentu dibumbui dengan keadaan yang dinamakan macet, kebanyakan orang sangat bosan malah terkadang marah-marah bahkan memaki ketika mencapai tingkat kejenuhan saat mengalami itu. Mereka tidak pernah sabar. Bagaimana tidak? Jika katakanlah jalan itu terdiri dari empat lajur dan satu lajur diantaranya merupakan jalur khusus bus transjakarta atau busway yang notabenenya hanya untuk bus transjakarta, masih banyak ditemui para pengendara kendaraan memakai jalan itu. Agaknya mereka tidak pernah tahu apa itu arti melanggar dan menyerobot, seakan mereka tutup mata akan apa yang telah mereka perbuat mereka tak mau tahu akan apa resiko yang akan terjadi jika hal ini terus dikembangkan dan dilestarikan, di Koran-koran, televisi dan radio sudah sering menjadi headline yang membahas tentang kecelakaan yang banyak merenggut korban jiwa akibat dari kebiasaan menyerobot atau memakai jalur busway.
Seakan tidak ada rasa jera bagi mereka, seakan tidak ada rasa khawatir akan kehilangan nyawa bagi mereka. Memang tuntutan pekerjaan, dikejar waktu atau apapun itu alasannya menjadikan mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Sepeda motor, angkot, bahkan mobil pribadipun ikut menjadi bagian dari kegiatan menyerobot di jalur busway itu, dan ini sangat menghambat arus lalu lintas dan keberangkatan busway yang diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengurangi kendaraan yang beredar dan otomatis kemacetan bisa di minimalisir.
Beda halnya dengan kebiasaan menyerobot dalam kehidupan sosial, misalnya ketika kita telah memesan sheet tempat duduk di bis umum seringkali tempat duduk yang kita pesan tadi telah ditempati orang lain yang datang ketempat itu lebih dahulu, mereka berdalih bahwa merekalah yang pertama dating dan berhak menempati tempat duduk yang mereka suka. Apakah permasalahan ini akan terus menjadi suatu problema yang tidak akan terpecahkan dan tanpa solusi? Kita hanya sanggup mengembalikan kepada masyarakat itu sendiri, bisakah mereka sadar atau malah semakin menjadi dan tambah menikmati atas apa yang telah mereka perbuat selama ini. Jika ini terus berlanjut dan tanpa kepedulian masing-masing percayalah, jadi diri bangsa akan luntur.

Kamis, 12 Agustus 2010

MEMBUKA AWAL AJARAN BARU

Pemalang- Awal bergulirnya tahun ajaran baru 2010/2011 ditandai dengan kegiatan pra musim menyambut ajaran baru, misalnya saja di Kampus SMA Negeri 1 Pemalang baru saja diadakan lomba atau bisa dibilang sebuah kompetisi antar siswa dengan mewakili kelas masing masing. Kegiatan ini diadakan karena bertepatan dengan adanya IHT (in house training) pembelajaran Bahasa Inggris untuk SMA/SMK RSBI di Kabupaten Pemalang pada 20 Juli 2010 yang melibatkan sebagian besar Guru maupun karyawan di SMA itu.

Mengingat banyaknya Pengajar yang mengikuti acara itu maka diputuskan untuk tidak menyelenggarakan kegiatan KBM dan diganti dengan acara yang diberi nama “SMANSA FUN GAME COMPETITION” yang berisi perlombaan, semacam lomba cerdas cermat Bahasa Inggris (LCC Bahasa Inggris), joged balon, hullahop, estafet tongkat, cerita berantai dan volly buta. Seluruh masyarakat SMA nampak atusias dalam acara itu, mereka yang tidak megikuti lomba dengan semangat mendukung temannya dalam perjuangan mencapai kejayaan dengan mendapat kemenangan.

Acara yang dimotori oleh OSIS dengan berkerjasama dengan kesiswaan ini teryata diwarnai juga dengan adanya segelintir siswa yang urung mengikuti, mereka beralasan karena acara yang diselenggarakan terlalu monoton, sehingga mereka menjadi bosan. “kami sudah sering mengikuti hal semacam ini, dan kami rasa tidak ada perubahan dalam menentukan acara lomba,” demikian menurut salah seorang siswa. Walaupun diwarnai semacam itu, perlombaan tetap saja berlangsung meriah.

Kegiatan ini diisi pula dengan pagelaran musik yang menghibur peserta lomba setelah berkompetisi.

Sorak sorai terdengar mengalun jika tim kesayangannya berhasil mencapai finis atau bahkan menjadi juara. Seperti ketika salah satu kelas berhasil menjadi juara, “rasanya seperti melihat pertandingan besar mas, kami menjadi semangat,” tutur seorang siswa baru baru ini setelah kelasnya behasil menjadi kampiun. Tidak bisa dipungkiri jika ada pemenang juga harus ada yang kalah, kekalahan terasa menyakitkan setelah berjuang seharian penuh dan tidak mendapatkan apapun.

Sebaiknya, kegiatan semacam ini memang layak untuk sering diadakan karena tidak hanya cocok untuk menjalin kekerabatan namun juga agar tercipta kekeluargaan yang lebih erat antar sesama warga SMA Negeri 1 Pemalang.